Resensi Lengkap Fahrenheit 451
RESENSI
BUKU
IDENTITAS
BUKU
Judul : Fahrenheit 451
Judul Asli : Fahrenheit 451
Penulis :
Ray Bradbury
Penerjemah :
Celcilia Rose
Penerbit :
PT Elex Media Kumpotindo
Tanggal Terbit : Juni – 2013
Jumlah Halaman :
248 Halaman
No ISBN :
9786020213200
Genre :
Distopia, Klasik, Sosial
TENTANG PENULIS
Ray Bradbury (22 Agustus 1920 - 5 Juni 2012) adalah seorang Amerika fantasi , fiksi ilmiah , horor dan fiksi misteri penulis. Penulis yang
terkenal karena dystopian Fahrenheit 451. Bradbury
adalah salah satu yang paling terkenal abad ke-20 penulis bergenre Amerika.
Dia
menulis dan berkonsultasi pada banyak skenario dan naskah televisi, termasuk Moby Dick . dan terutama, itu Datang dari Luar Angkasa
, dan banyak dari karya-karyanya telah diadaptasi menjadi buku komik, acara televisi,
dan film.
SINOPSIS
Guy Montag adalah seorang pemadam
kebakaran yang telah sepuluh tahun bekerja di fahrenheit 451. Sayangnya,
pemadam kebakaran sekarang bukan bekerja untuk memadamkan api, melainkan malah
menyulut api. Ia sangat menyukai pekerjaannya membakar. Pemadam kebakaran
membakar segala macam bentuk buku beserta rumah pemiliknya. Orang-orang
dilarang membaca buku dan menyimpannya. Saat itu buku adalah pelangaran berat.
Buku dianggap benda mati yang tak bisa memberikan kebahagiaan. Buku adalah
benda yang menyesatkan .
Suatu malam saat dalam perjalanan pulang, ia bertemu
tetangga baru bernama Clarisse McClellan. “usiaku
17 tahun dan aku tidak waras. Pamanku berkata bahwa dua kalimat itu harus
diucapkan bersama-sama,” begitulah yang ia ucapkan saat memperkenalkan diri
pada Montag. Bagi Montag, Clarisse adalah sesosok gadis cerewet yang 'berbeda'
dibanding gadis-gadis seumurannya. Dan bagi clarisse, Montag adalah pria dewasa
yang terperangkap dalam kebahagiaan semu. Clarisse pernah mengungkapkan bahwa
dirinya dianggap aneh dan antisosial oleh teman-temannya. “aku anti sosial, menurut mereka. aku tidak membaur. Sangat aneh. Aku
sebenarnya orang yang bersifat sosial. Semua bergantung pada apa yang kau
maksud dengan sosial. Bukankah begitu? Sosial menurutku adalah berbicara
denganmu mengenai hal apa saja seperti ini.”
Suatu ketika, kasus datang dari seorang nenek penggila buku.
Alarm berbunyi, dan anggota fahrenheit 451 siap membakar. Nenek itu bersikukuh
tak akan pernah meninggalkan rumahnya. Ia lebih baik mati dan terpanggang
bersama buku-bukunya daripada harus menyaksikan buku-bukunya terbakar dan
menjadi abu. Jiwa Montag bergetar. Ia bertanya-tanya, kenapa orang itu begitu
mencintai buku? Apa yang ada didalam buku? Apakah sehebat itu kekuatan buku.
Ia lalu mendatangi faber seorang profesor dan pecinta buku
yang ada pada daftar target operasi yang ia rahasiakan dari pemadam
kebakaran−untuk mengajarinya soal buku dan menguak kekuatan dari buku. Ia
merencanakan sesuatu dengannya untuk menghancurkan pemadam kebakaran. Sayang, sebelum
pemberontakan terjadi, istri Montag melaporkan suaminya. Rumah merekapun
dibakar beserta buku-buku simpanannya. Montag sendiri yang membakarnya dalam
keadaan kacau. Setelah semua hangus, Montag membakar beatty−pemimpinnya di
fahrenheit 451. Ia kabur membawa buku yang tersisa. Atas petunjuk faber, Montag
pergi meninggalkan kota. Ia menyususri hutan lewat sungai lalu mengikuti arah
rel kereta tua hingga menemukan sebuah camp yang berisi para pecinta buku dari
berbagai penjuru. Mereka menyimpan semua ingatan tentang buku agar bisa
diwariskan ke orang-orang dan anak cucu mereka hingga peradaban baru datang.
Hingga peadaban membaca buku kembali mewarnai dunia.
BAHASA
PENULIS
Bahasa
penulis dalam buku ini menggunakan bahasa yang sulit sehingga
membutuhkan konsentrasi yang tinggi dan terkadang penulis menggunakan gaya
bahasa dan perumpamaan seperti buku terbuka yang diumpamakan sebagai merpati
putih yang mengepakkan sayap, selang gas pemadam yang diumpamakan sebagai ular,
dan lain lain .
KELEBIHAN
BUKU
Adapun
kelebihan dari buku ini yaitu:
1.
Buku ini berisi hal yang unik karena
kaya diksi, perumpamaan dan ggaya bahasa. Menjadikan Indonesia ketika masa
pemerintahan Suharto sebagai salah satu setting cerita.
2.
Menjadi salah satu buku yang menjadi
fenomena internasional dan telah diadaptasi kedalam filim dinegara asalnya
swedia
3.
Diendorse oleh media-media terkemuka di
Eropa
KELEMAHAN BUKU
Novel ini penuh
metafora sampai-sampai penulis kurang memperhatikan detail plot. Keadaan perang
disini pun digambarkan Cuma sekedar lewat, endingnya yang nanggung. Ending dari
buku ini singkat sehingga pembaca dibuat kurang puas.
KESIMPULAN
Fahrenheit
451 adalah
sindiran sekaligus kritikan bagi dunia yang mengalami gagap kebudayaan.
Teknologi berkembang, semua menjadi serba instan dan cepat. Hal-hal seperti
duduk-duduk dan saling bertegur sapa dengan tetangga, menikmati bau bunga liar,
atau memandang bintang-bintang dianggap ketinggalan zaman. Lebih parahnya lagi,
membaca dianggap lambat dan boros waktu, sehingga seluruh informasi harus
ditayangkan via televisi. Saking pentingnya televisi, dinding setiap rumah
adalah televisi itu sendiri. Ini seharusnya menyindir kita yang kadang memiliki
sebuah televisi di setiap ruangan, tapi hampir-hampir tidak ada buku di
dalamnya. Semoga, ramalan Bradbury tentang sebuah dunia yang membakar buku
dalam Fahrenheit 451 ini tidak menjadi kenyataan. Karena, sebagaimana
kata sang pengarang: “… Membaca adalah pusat kehidupan kita. Perpustakaan
adalah otak kita. Tanpa perpustakaan, kau tidak memiliki peradaban.” (hlm
224).
0 comments: